hikmah-sedekah_30.jpg

Berzakat dan sedekah di bulan suci, demikian berlipat ganda pahalanya, manfaat sosialnya pun semakin dapat dirasakan lebih, baik bagi pemberinya maupun penerimanya. Di bulan ini ibadah zakat dan sedekah hadir dalam beberapa jenis, seperti zakat fitrah, zakat maal, membayar fidyah, sedekah yang biasa, dan sebagainya.

Rasulullah saw dalam menunaikan sedekahnya di bulan suci digambarkan seperti angin, demikian cepatnya. Tatkala memperoleh rejeki, segera disalurkan untuk sedekah, tentunya setelah memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Perlunya digiatkan sedekah dan zakat kita di bulan suci, di samping nilai pahala tadi, juga karena anggaran biaya makan atau jajan di siang hari, semestinya bisa dialokasikan untuk sedekah. Adapun hikmah berzakat dan sedekah di bulan suci di antaranya:

Menumbuhkan sifat kedermawanan

Sifat dermawan adalah sifat yang demikian mulia. Muslim yang berhasil memaknai Ramadan, akan muncul kepekaan kedermawanannya. Ia berhasil melihat bagaimana seorang yang puasa seperti dirinya menahan lapar dan dahaganya hanya sebulan, sedangkan masih banyak di tengah-tengah masyarakat di luar Ramadan, masih tetap sering lapar dan dahaga.

“Sesungguhnya Allah SWT itu Zat Yang Maha Penderma, karena itulah Dia menyukai sifat dermawan” (HR Turmuzi).

Sifat kedermawanan berarti ia sudah memiliki sifat yang menjadi penarik bagi nikmat rejeki yang lainnya. Artinya, seorang yang dermawan adalah orang yang pandai bersyukur dengan nikmat yang Allah SWT berikan. Allah SWT menjanjikan bagi orang yang bersyukur:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim:7)

Menumbuhkan kasih sayang dengan sesama

Santunan yang diberikan kepada fakir miskin ini, akan memunculkan nuansa kasih sayang di antara yang mampu dan kurang mampu. Yang kurang mampu akan menghindar dari perbuatan jahat atau kriminalitas. Yang mampu, ia akan semakin tumbuh rasa kepeduliannya. Kepedulian kepada sesama ini demikian ditekankan dimiliki oleh ajaran Islam, karena iman sejalan dengan tingkat kepedulian seseorang kepada sesama saudaranya.

Catatan lainnya bahwa si pemberi zakat dituntut untuk tidak sombong, karena itu adalah kewajibannya mengeluarkan sejumlah harta untuk berbagi, dan si penerima tidak perlu minder, karena Allah SWT mengatur kehidupan ini berbeda-beda, termasuk dalam hal rejeki. Kedua hal ini bisa lebih optimal tercipta terutama bila zakat dan sedekah dikelola oleh sebuah lembaga yang amanah, seperti yang dicontohkan pada jaman kehidupan Nabi Muhammad saw dan para sahabat.

(Sumber: Detik Ramadhan)/@r_7

Berita Lainnya